BENGKULU – Tim dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Bengkulu berhasil melaksanakan program inovatif ““Pendampingan Digitalisasi Ecoprint Besurek untuk Anak Berkebutuhan Khusus sebagai Pewarisan Budaya dan Optimalisasi Media Digital sebagai Sarana Edukasi.”” di SLB Negeri 3 Kota Bengkulu pada Juli-Agustus 2025. Program ini menggabungkan pelestarian budaya lokal dengan teknologi digital untuk memberdayakan anak berkebutuhan khusus (ABK).
Ketua tim pengabdian, Dr. Ari Putra, S.Pd., M.Pd. dari Program Studi Pendidikan Nonformal, bersama Elwan Stiadi, M.Pd. (Pendidikan Matematika) dan Dr. Nafri Yanti, M.Pd. (Pendidikan Bahasa Indonesia), memimpin program yang melibatkan 40 peserta terdiri dari guru dan siswa berkebutuhan khusus.
“Kami ingin membuktikan bahwa anak berkebutuhan khusus memiliki potensi luar biasa dalam berkarya dan melestarikan budaya lokal melalui pendekatan teknologi yang adaptif,” ungkap Dr. Ari Putra.
Salah satu keunggulan program ini adalah pengembangan aplikasi Android yang dirancang khusus untuk kebutuhan ABK. Aplikasi “Ecoprint Besurek” memiliki fitur:
- Arsip digital motif ecoprint dengan uraian filosofis
- Modul pembelajaran interaktif berbasis prinsip Universal Design for Learning (UDL)
- Ruang penelitian inovatif untuk pengembangan teknik ecoprint
- Katalog digital produk beserta kisah di balik setiap motif
Motif Besurek yang merupakan warisan budaya khas Bengkulu dengan perpaduan aksara Arab-Melayu, kini terdokumentasi secara digital melalui karya-karya siswa berkebutuhan khusus. Produk yang dihasilkan meliputi tunik, jilbab, gelas ecoprint, dan taplak meja.
“Setiap motif memiliki filosofi mendalam. Misalnya, pola ungu yang menyerupai kaligrafi Besurek melambangkan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan, sementara unsur bunga jingga mencerminkan semangat dan harapan baru,” jelas salah satu siswa peserta program.
Program ini menerapkan pendekatan Participatory Action Research (PAR) dengan tahapan sistematis meliputi sosialisasi, pelatihan ecoprint dan literasi digital, penerapan teknologi, pendampingan berkelanjutan, hingga evaluasi komprehensif.
Tim juga melibatkan dua mahasiswa, Tata Octavia dan Ebta Aulia, dalam aktivitas promosi digital dan digitalisasi konten edukatif.
Elwan Stiadi, M.Pd., yang menangani aspek digitalisasi, menekankan dampak positif program bagi masyarakat luas. “Program ini bukan hanya meningkatkan keterampilan ABK, tetapi juga menciptakan ekosistem kreativitas berbasis budaya lokal yang dapat menjadi sumber pendapatan alternatif.“
Dr. Nafri Yanti, M.Pd. menjelaskan bahwa program ini akan dilanjutkan melalui pembentukan komunitas praktik antara guru dan orang tua, serta integrasi dalam kurikulum operasional sekolah.
“Kami berharap model ini dapat direplikasi di SLB lain di Indonesia dengan adaptasi budaya lokal masing-masing daerah,” tambahnya.
Program yang didanai oleh Direktorat Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Inovasi (DPPM) Kemendikbudristek melalui skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM)
Kepala SLB Negeri 3 Kota Bengkulu Adela Veranti,M.Pd. mengapresiasi program ini sebagai terobosan penting dalam pendidikan inklusif berbasis teknologi dan budaya lokal.
“Program ini membuktikan bahwa integrasi teknologi digital dengan pembelajaran berbasis budaya lokal dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna dan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus,” pungkasnya.


